Monday, April 4, 2011

Trik Jitu Menarik Perhatian Penerbit...

Ada banyak trik agar naskah yang dibuat dapat menarik perhatian penerbit, diantaranya adalah;
1. Ditulis dengan rapi. Ini syarat mutlak. Selera editor biasanya langsung rusak bila melihat naskah yang terlalu banyak salah eja. Bila seleranya rusak, dia akan lebih kesulitan lagi menemukan permata dalam naskah itu. Wah, bukankah memperbaiki dan memoles kesalahan naskah itu tugas editor? Benar. Tapi penulis harus menolong diri sendiri dulu. Penulis dilarang membebankan persoalan elementer ini pada editor. Di sinilah pentingnya penulis harus berusaha mengetik secara disiplin dan akurat, kalau bisa tanpa kesalahan satu pun.

2. Subjek (isi) tulisan itu jelas. Penulis mestinya mengusung ide tertentu yang fokus. Ia mau bicara apa? Bagaimana cara dia menyampaikan pemikiran? Kalau bertele-tele, banyak menyertakan hal irelevan, malah membuat kabur persoalan, editor bisa langsung menolak naskah itu atau mencorat-coretnya. Kalau cara penyampaiannya kurang greget, sementara ide ceritanya biasa, naskah itu akan mudah diabaikan. Sebaliknya, meski ide ceritanya biasa, namun disampaikan secara unik, atraktif, dengan sudut pandang menarik, kemungkinan besar naskah itu masih tetap bisa memikat. Isi naskah merupakan perhatian utama editor, sebab pada dasarnya itulah yang akan ia kemas menjadi buku yang bisa dijual, bisa ditawarkan kepada calon pembaca.

Jonathan Karp, seorang editor berpengalaman di Amerika Serikat, menyatakan: "Kami akan mati-matian berusaha menerbitkan buku yang luar biasa, karya penulis yang memiliki perspektif unik, otoritasnya diakui, dan mampu menarik perhatian orang. Karya yang bisa menjelaskan mengenai budaya kita. Ia mesti bisa menerangi, menginspirasi, memancing emosi pembaca, sekaligus menghibur. Pendapat, otoritas, maupun subjek buku itu harus tunggal, istimewa, luar biasa."

Noor H. Dee, editor di LPPH, berpendapat bahwa sebuah naskah pantas diterbitkan bila memiliki nilai kebaruan dan keunikan. Pembaca juga harus bisa mendapatkan manfaat dari naskah tersebut. "Saya lebih memilih naskah yang sedang hip (digemari) di pasaran, sebab trend pasar juga jadi pertimbangan saya," demikian ujarnya.

3. Punya nilai lebih atau keunggulan yang bisa ditonjolkan. Ini berguna bila subjek bahasan penulis serupa dengan penulis lain, atau topik itu sudah dibahas banyak buku lain. Apa yang ditawarkan naskah ini, misalnya apa rahasia yang belum terungkap penulis lain, temuan baru, efektivitas, bahkan hal-hal sepele yang mungkin bisa diunggulkan sebagai nilai jual.

Contoh kasus: Isi Outliers (Malcolm Gladwell) kalau dilihat-lihat sangat klise, berisi pandangan manusia tentang kesuksesan. Buku motivasional atau how-to sudah membicarakannya dari banyak sisi. Tapi kenapa Outliers tetap bisa menonjol secara luar biasa dan jadi bestseller gila-gilaan? Bisa jadi karena dua hal: (1) teknik penulisannya hebat dan lincah sekali. (2) cara berpikir Gladwell unik dan cara dia menarik kesimpulan mengejutkan.

Carol Meyer dalam The Writer's Survival Manual menyebut ada tujuh faktor yang sering jadi pertimbangan editor dalam meloloskan naskah, yaitu:
1. Apa naskah ini cocok dengan buku-buku terbitan sebelumnya? Apa penerbit pernah sukses dengan buku seperti ini? Kalau tidak, apa ada celah baru yang masuk akal untuk menerbitkan naskah ini? Bagaimana menjualnya?

2. Apa subjek buku itu akan bisa dia edit dengan nyaman? Kalau harus outsource, apa biayanya terjangkau?

3. Apa editor punya waktu untuk mengeditnya?

4. Apa naskah itu ditulis dengan baik?

5. Bagaimana kompetisi naskah sejenis di pasar?

6. Apa subjek naskah itu sedang populer, membuka subjek baru, atau punya kemungkinan melahirkan trend baru?

7. Apa penerbit sanggup membiayai ongkos produksinya?


--
IR. Nahrowi

No comments:

Post a Comment